Sabtu, 31 Mei 2014

CERPEN - JPDA (last part)

JAUH PANGGANG DARI API
(part III)

Mengitung detik tiap detik, hingga saat ini.
Saat dimana t'lah ku dapatkan jawaban dan akhir dari kisah ini. Dengan mesin Doraemon menerobos ruang dan waktu melihat masa depan.
Dan sampai detik ini aku Joe Saputra (nama samaran) masih duduk sendiri meratapi nasib, karena Tuhan belum mengizinkan dan mengabulkan permohonanku yang diluar logika ini.
Permohonan yang dimana aku mengharapkan Ais yang bernotabene berstatuskan istri dari seseorang sekaligus seorang ibu dari anaknya.
Mungkin doa anaknya yang tulus lebih didengar Tuhan dari pada doa seorang lelaki "sakit jiwa" seperti diriku ini, yang jelas-jelas dengan penuh kesadaran aku  ingin merebut Ais dari keluarga kecilnya.
Disini masih sendiri tak seperti yang kuharapkan di cerita sebelumnya JPDA part II.
Masih sendiri, tetap sendiri bersembunyi mencuri waktu mengukir kisah ini disaat semua telah terlelap.

***

Tak banyak yang dapat kuceritakan kali ini. Otak ku sudah penuh karatan dibuatnya.
Terlalu pahit kurasa. Seperti kopi empedu kadal kesukaannya om sams.
Hahahaaaa. . .
Dan kalian tahu tu kopi ga ada manis-manis nya. Pahhiiiiiiiittt banget ga pakek gula sama sekali.
(kok jadi bahas masalah kopi? Masalah ku belum kelar)
Udah ah back to thanktop!! Kata mas tukul. Hehee

Memaksa tersenyum dikit menghibur diri sendiri padahal hati udah nangis berdarah-darah ga karuan.
Jalan Tuhan memang selalu indah, tapi indah menurut Beliau dengan indah menurut ku kayaknya berbeda persepsi dech (curiga). #huftssss. . .

Maunya bertanya pada rumput yang bergoyang. Tapi kok setelah satu dua tiga jam ku tunggu rumputnya tak kunjung goyang juga ya?
Ku coba kasi musik DJ house music terbaru, eh rumputnya masih bengong juga. #terus berfikir keras.

Akhirnya rumput itu pun bergoyang saat tak sengaja ku nyalakan kipas angin karena panasnya sinar terik matahari disiang bolong ini ( bolong? Suku bahasa kita yg an3h ).
Setelah rumput bergoyang aku mulai bertanya. Dan berulang kali bertanya. Tapi dia tetep membisu ga mau jawab. Wah parah nih rumput, gara-gara keasikan goyang aku dicuekin. #kesel buaaanggeeettt. . .

Mendadak tiba-tiba aku tersadar, jelas aja ga mau ngomong orang dia ga punya mulut gimana mau jawab dodol!!
Kataku dalam hati sambil menepok jidatku sendiri.
Adduuuuuhhhh.. .
Akibat streesss jadi gila kayak gini diriku.

Ingin ku teriak rasanya:
Aku pengen sembuh Tuhan!!!
Aku pengen sudahi sakit jiwa ini!!
Aku tak mau lagi diberi PHP aja!!!
Aku telah terlalu sakit untuk terus disakiti!!!
Cukuplah teriaknya dalam hati saja, malu kalau teriaknya beneran.
Hahaaaaaaaa (kumat lupa minum obat).
Lanjut ah nih udah ga bener ne ceritanya.

***

Aku yang terlalu takut kehilangan Ais karena terlalu sayang padanya dan terlanjur cinta diriku pada dirinya, itu menyebabkan tumbuh suatu rasa yang orang bilang rasa cemburu yang amat sangat besar sekali.
Tiap deket dikit aja dia ma cowok lain dikantor aku cemburu.
Dikit-dikit cemburu, dikit-dikit sakit hati dan dikit lagi aku sakit jiwa beneran neh!!
Tak ingin sebenarnya aku begini, menderita rasanya. Berulang kali ku anggap semua itu hanya hubungan rekan kerja tapi tetap saja aku kesel aku marah aku benci liatnya. Yang jelas aku cemburu.

Beberapa kali aku sempet marahan karena aku cemburu.
Dan berulang kali juga aku mengalah minta maaf sebab aku tak mau kehilangannya.
Beruntungnya diriku, karena dia juga ngambeknya ga pernah lama-lama.

***

Terakhir marahan cuma gara-gara sesuatu gitu deh, dari datang kerja sampai waktu istirahat ga ada yang mau ngalah ngomong duluan.
Jam istirahat berlalu, Ais belum juga istirahat. Kuperiksa lokernya, masih utuh kok bekalnya. Ku cek suasana customer juga ga rame-rame amat.
Tapi dia kok belum istirahat juga ya??
#kembali berpikir keras.

"Seharusnya tak seperti ini, saling diam begini tak kan menyelesaikan masalah".
Pikirku dalam hati
Ku ambil smartphone ku, ku sms Ais:
"is anter aku keluar beli makan ya?
Sekalian aku mau ngomong"

"aku masih ngandle customer nih"
Balasnya.

"iya aku tunggu kok"
Balasku lagi.

Beberapa menit kemudian aku dan Ais berboncengan berdua menuju sebuah tempat makan.

"emang mau ngomong apa Joe??"
Tanya Ais tersenyum dengan raut wajahnya yang mulai memerah malu.

Aku yang terserang virus nerves seketika menjadi blank.
Lupa ilang begitu saja.

"ah ga jadi dah is"
Kataku menyembunyikan rasa nerves plus senang sebab insting lelaki ku mengatakan, Ais udah ga ngambek lagi terlihat dari raut matanya saat bertatapan dengan ku.

Saat itu untuk pertama kalinya dia memeluk pinggangku saat boncengan. Biasanya Ais ga pernah mau.
Banyak alasannya malu lah, takut diliat oranglah gini lah gitu lah banyak banget lah.

Kemudian aku mulai bertanya memastikan tentang rasa ini.
"Ais, kamu masih ada rasa kan ma aku?"
Tanyaku sembari menggenggam tangan ais yang memelukku.

"iya masih Joe"
Jawabnya sambil tersenyum polos yang ku intip lewat spion.

Semua kembali indah saat itu, dan kami membahas bersama masalah yang membuat kami marahan. Penuh canda tawa sampai balik lagi kekantor.
Terasa sangat nyaman dan damai hatiku saat itu, tak ada beban kurasa.
Mungkin rasa ini lebih nikmat dari yang nama narkoba.
Rasanya seperti berenang diangkasa,
Dan terbang dalam samudra biru.

***

Tapi semua itu tak berlangsung lama.
Masalah minggu ini datang bertubi-tubi.
Mulai dari ajakan makan bareng pulang kerja yang cancel terus hingga janji-janji yang awalnya di "iyakan" tapi mendadak dibatalkan tanpa sebab.
Itu yang membuatku sadar aku ini seperti cuma mainan baginya.
Dan yang paling membuat ku kesal adalah rasa takutnya dan ketidak percayaannya padaku.
Ku paling ga suka kalau harus berdampingan dengan orang yang sama sekali tak percaya aku.
Percuma saja rasanya.

"Kuharap kamu bisa tepati semua janji-janji yang belum sempat kamu penuhi. Aku ga minta sekarang, aku harap kamu bisa tepati semua janji mu di kehidupan selanjutnya". Semoga dia tahu dan masih bisa denger.

Terkadang dijalan pulang kerja aku berfikir,
"Siapa sih dia? Bisa-bisanya buat aku begini. Seharusnya setelah menikah aku tak perlu lagi merasakan sakit hati karena wanita lain.
Pantas ga dia untuk ku sayangi jika cara nya seperti ini?"

Banyak tanda tanya diotakku yang masih belum terjawab.
Jika seandainya Ais memilih aku dibanding suaminya dan meninggalkan suaminya demi seseorang lelaki sakit jiwa seperti ku, sungguh ku kan bahagia sekali. Tapi ada satuhal yang ku takutkan. Sekarang dia tega meninggalkannya demi aku, jika nanti ada lelaki lain yang lebih dari aku apakah aku akan ditinggalkannya juga??
Aku berulang kali berusaha menempatkan diriku pada posisi suami Ais walau tak sama persis tapi aku dapat merasakan suatu rasa emosi jiwa yang luar biasa dan tekanan batin yang menyiksa.
Sekarang aku mulai takut dengan yang namanya karma.

***

Jujur aku ini adalah lelaki manja.
Dari kecil aku selalu hidup dimanja terutama oleh ayahku.
Apapun yang ku minta selalu dipenuhi.
Tapi aku sadar diri, setelah ku menikah aku harus bisa mandiri belajar bertanggung jawab.

Seperti masalah uang, lebih baik aku pinjam uang pada teman atau tempat peminjaman daripada minta pada orang tuaku saat gaji ku mulai surut akhir bulan.
Dan dirumah tak ada yang bisa merubah keputusan ku. Kalau ku bilang A ya harus A, kalau aku mengatakan B ya harus B. Dan itu yang menyebabkan aku tak terlatih dikecewakan.
Dan dari dulu teman dan sahabat-sahabat ku juga sama demikian.
"nggak" berarti tidak, "oke" berarti iya. Dan anehnya mereka selalu setuju dengan pendapatku.

Dan apa jadinya kalau aku dan Ais bersama? Keduanya sama-sama manja.
Bayangin nya aja udah ruwet kayaknya.

Sempat terpikir apa yang ku harapkan dari Ais?
Lebih baikkah dia dari Dwi istriku?
Ku telah punya yang terbaik tapi kenapa masih menginginkan dia yang belum tentu lebih baik??

***

Saat ku merasakan keterpurukan terjatuh dalam jurang terjal cinta crazzy ini, merasa tak berharga dan tiada arti.
Saat hati dihancurkan karena sebuah kata, dan di remukan oleh segelintir sikap. Dia kembali membawa harapan baru.

"Is, aku boleh minta sesuatu ga?
Pintaku saat diloker

"emang mau apa Kamu joe?"

"tampar aku Is, agar lebih mudah aku melupakan kamu.

Dan apa yang kudapat diluar dugaanku.
Dia mengangkat tangan kanannya seperti hendak menamparku.
Tapi kemudian malah mengusap pipi ku pelan dengan tangan lembutnya
Sambil berucap,

"Joe maafin Ais ya, sebenernya aku sedih kita kayak gini" kata Ais

Aku yang belum bisa menghapus rasa ini, aku yang diam-diam tetap memperhatikannya dan aku yang masih dengan bodohnya selalu berharap. Dengan rasa sayang yang begitu besar karena terlanjur diri ini jatuh cinta pada dirinya.

Aku mulai sadar tak seharusnya dia yang minta maaf, aku yang salah tak semestinya aku memaksakan kehendakku. Aku terlalu emosional saat itu, masalah sepele tak perlu di besar-besarkan apalagi sampai seperti ini.
Toh yang sakit tersiksa aku sendiri juga.

Aku seharusnya bisa mengerti keadaan ini. Mengerti posisi Ais yang masih takut bimbang ragu tak yakin dengan kenyataan yang terjadi.
Harusnya aku bisa pahami,
Mestinya aku harus hargai keputusannya.
Dan aku sadar tak seharusnya aku bersikap seperti itu.

***

Cinta dan benci bener-bener tipis banget, sekarang mesra besok berantem terus mesra lagi berantem lagi gitu terus. Dan inilah bumbu-bumbu cinta, sebab setelah berantem saat baikan semua lebih dekat, lebih mesra dan semakin takut kehilangan satu sama lain.

Ingin rasanya dapat kuputar ulang waktu ini. Kembali kemasa dimana dia belum mengenal cinta, dan aku akan mencarinya berusaha berjuang mengenalkan cintaku padanya.
Dan hanya cuma aku yang ada dihatinya tak ada cowok lain yang mampu singgah dalam hatinya.

***

Suatu hari, awal hari yang tak kan pernah ku lupakan seumur hidupku.
Saat itu dikantor semua karyawan udah pulang cepat dikarenakan kerja setengah hari.
Dan pekerjaan ku juga sudah beres, hanya tinggal Ais yang sedang menunggu jam untuk pulang.
Seperti biasa aku tunggu dia agar bisa lebih lama bersamanya.
Cuma aku dan dia dikantor yang mungil ini. Apakah yang terjadi??
Ah...hahahaaaaa. . .
Yang punya pemikiran ngeres, silakan cuci dulu otak kalian tuh. . .

Seperti seharusnya, 30menit sebelum pulang dia nyapu dan ngepel ruangan CS dulu.
Dan aku lebih tertarik menontonnya bersih-bersih dari pada nonton New Family 100 di tv ruangan itu.
Dan sedikit mengganggunya agar selesainya lebih lama kan berarti aku bisa lebih lama dengannya disini.
Dah setelah semuanya terlihat lebih bersih dia mulai duduk didekat ku, ikut nonton tv dibangku customer.

"Ais aku boleh nanya sesuatu kan?"
Tanyaku memulai obrolan serius.

"iya boleh kok Joe., mau nanya apaan sih?" jawabnya sambil tersipu

"tapi janji ya harus dijawab?
Ga boleh bilang ga tahu lagi. "
Lanjut ku sambil menawarkan jari kelingkingku.

Ais pun menyambut jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya. Sehingga membuat jari kelingking kami saling mengikat.

"iya aku janji kok joe"
Katanya sambil tertawa kecil imut.

Kemudian kupeluk dia, dan kami pun saling berpelukan.
Kehangatannya benar-benar menenangkan otak ku.
Seolah-olah otak ini berhenti bekerja yang membuat aku tak mampu berpikir.
Ku tarik napas ku dalam-dalam, menyimpan rasa indah ini dibenak ku saat aku tenggelam dalam pelukannya.
Yang mungkin takan pernah kurasakan lagi. Bila seandainya aku mati nanti, aku ingin mati dalam pelukan ini. Tak kan menyakitkan semua beban terasa lenyap.

"joe kok diem? Katanya mau nanya?"
Katanya penasaran.

"eh iya... Ga jadi dah Is, ,"
Sahut ku malu mau nanyanya.

Kemudian kami menonton tv bersama sambil berpelukan mesra sambil bersenda gurau berdua.

Setelah mulai habis kata-kata dan detik waktu tinggal beberapa menit lagi, aku kembali bertanya padanya.

"Is kamu sayangkan sama aku?"
Tanya ku pelan

"iya Joe, aku sayang sama kamu"
Jawabnya seraya mengencangkan pelukannya.

Aku yang sangat senang mendengarnya lanjut bertanya.
"kok bisa sih Is??"

"nggak tahu Joe. . ."
Jawabnya sambil tertawa kecil

"tuh kan jawab nya ga tahu lagi."
Kataku dengan nada manja.

"ah biarin aja".
Hahahaaa:D
Imbuhnya lagi.

Sungguh bahagia aku saat itu.
Cinta yang tanpa alasan, karena cinta datang dari hati tak perlu alasan tuk mencintai.

***

Itulah awal minggu kedekatan kami.
Yang berembet kesemesraan pada hari-hari berikutnya.
Menjadikan lebih serius dan saling memahami. Selalu ada kecupan-kecupan manis saat bertemu.
Dia telah membuat ku kecanduan akan kasih sayangnya.

Ketika saat Dia bermake-up diloker,
Selalu ku tunggu, melihat bidadariku mempoles parasnya sambil bercanda tawa.
Tak jarang teman-teman yang mendengar kegaduhan kami berdua diam-diam mengintip dan bercanda mengejek kami.

Dan tak jarang saat aman ga aman kami saling berkecupan manis diselimuti pelukan hangat disitu.
Dan anehnya tak ada satu pun yang melihatnya.

Tumben satu minggu ini full aku dan Ais mesra banget, ga ada marahan ga berantem.
Tapi inilah minggu terakhirku merasa bahagia bersamanya.

***

Senin itu aku kangen banget dengan Ais. Ya karena kemarin off minggu tak bisa bertemu.
Padahal ga ketemu cuma 1 hari tapi udah terasa seabad ga ketemunya.

Ketika sampai dikantor aku mencuci muka di toilet deket loker.
Dan kulihat Ais baru datang terlambat.
Saat ku keluar dari toilet, tak seperti biasa Ais serasa menjauh menjaga jarak denganku.
Tatapan mata nya juga aneh, menatap risih seolah-olah aku ini orang asing yang tak dikenalnya.
Tak lama datang Nia ngobrol sama Ais disitu yang membuatku tak dapatkan penjelasan.
"ya sudahlah mungkin dia udah sembuh duluan". Pikirku dalam hati.

Dua tiga hari kemudian tak ada perubahan. Ngomong basa basi pun nggak, ngomong cuma tentang masalah pekerjaan saja.
Hingga akhirnya aku tahu dari temen ternyata Ais hamil lagi.
Aku yang tak percaya langsung bertanya akan kebenarannya.

"Is aku mau nannya boleh ga?"
Kataku.

"iya mau nanya apa Joe?"
Jawabnya.

"emang beneran ya kamu hamil lagi?"
Tanyaku penasaran.

"siapa yang bilang Joe?"
Jawabnya

"mba Ika yang ngasi tahu tadi, memangnya beneran ya?"
Tanyaku lagi.

"iya Joe, aku telat dah hampir 2 bulan"
Jawabannya membuat ku mati rasa mendengarnya.
Aku kecewa, jujur hatiku tak dapat menerima ini. Semua benar-benar telah sia-sia.

Dan beberapa hari setelah itu aku mengajukan diri untuk pindah kekantor pusat kembali.
Agar aku tak tertekan dengan rasa kekecewaan ku ini.
Dan tanpa curiga koordinator ku pak Mur menyetujuinya. Tapi harus menunggu proses perpindahan beberapa hari.

***

Hari ini dan detik ini ku putuskan mengakhiri kegilaan ini. Mulai terapi sakit jiwa, sebelum semua tambah ruwet dan sebelum terlambat.
Cukuplah semua rasa yang kau beri.
Cukup mungkin cuma sampai disini kisah kita. Dan mungkin kau memang bukan dilahirkan untuk ku.
Tapi biar bagaimanapun aku tetap bangga pernah memilikimu walau hanya sementara. Dan pernah jadi orang no dua tapi diutamakan didalam hatimu.
Saat itu aku merasa hebat dan lebih sempurna. Tak sedikitpun kini ada penyesalan, yang ada hanya kenangan yang tak kan pernah terlupa.
Sekarang hanya dengan rokok Marlboro merah ini kuharap bisa menyimpan tentangnya disetiap hembusan asap ini.
Hingga dada ini benar-benar sesak, ternyata dia dan Marlboro merah ini memiliki kesamaan. Sama-sama bikin sesak dada ini dan Memberi kesenangan yang menyakitkan.

Jujur saja aku sangat menderita seperti ini, apalagi banyak lagu-lagu cinta yang menjadi soundtrack cinta kami saat bersama.
Lagu yang dulu jika mendengarnya serasa melayang, sekarang justru terbalik serasa membuat jatuh kelubang dalam gelap. Dan mengiris hati pingen nangis rasanya.

Hari demi hari akan ku lewati tentu dengannya tapi dengan dia yang berbeda. Ku harap sakit ini tidak terlalu lama. Aku lelah aku benci hidup ku. Semoga tak ada lagi cerita seperti ini dalam hidupku. Seiring waktu berjalan semoga aku bisa menghilangkan semua rasa tentangnya. Dan menghapus namanya dalam benakku.
Menghancurkan istana megahnya didalam kerajaan hati ini.

***

Hari ini hari terakhir ku dikantor ini.
Kantor yang penuh kenangan bersama Ais. Jujur sangat sedih kurasa.
Sebaliknya ku rasa Ais dah ga ada rasa lagi dengan diriku. seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa antara kita.
padahal dia tahu ini hari terakhirku.
Tapi terlihat tak ada rasa kehilangan atau sedih dalam raut wajahnya.
Sudah lah hal itu malah membuat ku tak terlalu berat untuk mengangkat kaki dari sini.

Detik terakhir menjelang pulang pun tiba. Tak sengaja saat itu aku dan ais bertemu di lokker.
Tatapan matanya memandangku, seraya berkata
"Joe sekarang terakhir disinikan?
Nyebelin kamu joe. . ."

"iya is.."
jawab ku pelan.

Tak banyak kata yang bisa ku katakan sebagai kata perpisahan padanya.
Ku rentangkan tanganku, tanda ingin pelukan terakhir darinya.
Dan dia pun mengerti menyambutku dengan pelukan hangatnya.
Kusimpan rasa ini dalam memori otakku. Sambil ku kecup bibir mungilnya. Dan ku lepaskan pelukanku sebelum ada yang melihat.
"hati-hati ya Is?"
Kataku.

"iya kamu juga ya Joe,,,"
Balasnya yang kemudian dia beranjak pergi pulang.

Dan itulah terakhir kalinya aku berjumpa dengannya.
Dan berakhir sudahlah kisah ini.

***

Hanya terimakasih kata yang bisa ku kata saat ini, karena semua rasa dan perhatian yang tak kan pernah kurasakan dari siapapun.
Aku janji, hanya dengan mu aku mendua tak akan ada lagi kamu - kamu yang lainnya.

"makasii banyak ya is, makasii banget".

***

Inilah akhir dari perjuangan sia-sia ku selama ini. Aku telah menyerah kalah.
Seperti judul cerita yang ku angkat ini
Jauh Panggang Dari Api
Yang memiliki makna sesuatu yang sia-sia, sesuatu yang mustahil tak akan ada harapan. Perlu keajaiban Tuhan untuk merubah semua ini.

Sibodoh sudah mulai belajar
Sandal jepit tetaplah sandal jepit ga kebayang kalau bersatu (gimana cara makeknya?)
Jiwa yang sakit perlahan mulai sembuh (tp terapi seumur hidup)

Cukup sampai disini kisah ini, tak ada lagi yang harus diceritakan semua telah selesai.

***

"Semua tentang cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan tokoh, tempat dan kesamaan lain nya bukan unsur suatu kesengajaan"

Dan akhir kata saya ucap kan terimakasih.

Salam Sibodoh,

*** THE  END***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar